Cari Blog Ini

Jumat, 22 Januari 2010

SDM

SDM UNGGUL MEMBANGUN KEBIASAAN YANG PRODUKTIF
January 3, 2010 by suaraatr2025

MEMBANGUN KEBIASAAN YANG PRODUKTIF MENJADI

MANUSIA KAYA TANPA BATAS


PENDAHULUAN


Pemahaman “mANUSIA Kaya Tanpa Batas” merupakan renungan dari pemikiran apa yang kita sebut 7M dengan membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati dan akhirnya mampu mengamalkan dalam perjalanan hidup yang abadi.

Kekuatan-kekuatan 7M menjadi bermakna dalam menggerakkan kekuatan berpikir, bila anda memperkuat daya kemauan untuk membangun kebiasaan. Jadi kemauan dan kebiasaan menjadi dua kata bermakna dalam hidup karena anda membayangkan mata uang yang memiliki nilai dua sisi yang saling bergantung dimana disatu sisi mengungkapkan kemauan berarti daya dorong sebagai kekuasaan dan disisi lain mengungkapkan kebiasaan yang berarti perbuatan-perbuatan yang kedua-duanya digerakkan oleh pikiran anda.

Oleh karena itu melatih kemauan menjadi sesuatu daya dorong dari dalam diri sendiri akan membentuk karekter anda, dengan demikian akan menjadi suatu kebiasaan – kebiasaan yang baik dengan tuntunan oleh pemahaman anda atas unsur kata kebiasaan menjadi kata bermakna.

Kata “KEBIASAAN” dari huruf menjadi kata bermakna menjadi :

(K)esadaran ; (E)sa ; (B)ahtera ; (I)slam ; (A)gama ; (S)antun ; (A)mpun ; (A)manah ; (N)iyat.


Bila unsur kata tersebut dirumuskan menjadi suatu untaian kalimat,

maka “KEBIASAAN “ adalah suatu kekuatan pikiran yang positip sebagai sifat (K)esadaran untuk mengingatkan atas kebesaran ke (E)saan Tuhan dalam menjalani (B)ahtera dengan memeluk (I)slam dalam keyakinan (A)gama-ku sebagai manusia yang selalu taat kepada ke-(S)antun-an, meminta (A)mpun untuk menjalankan (A)manah berdasarkan (N)iyat dari keinginanku.

Bertolak dari rumusan “KEBIASAAN” diatas, maka dengan memanfaatkan 7M, anda sampai pada kemampuan untuk menggerakkan kekutan berpikir baik yang disadari (akal dan hati)maupun yang tidak disadari (intuisi), oleh karena itu kebiasaan dibentuk oleh kekuatan pikiran anda sendiri yang dapat berupa dalam kerangka berpikir positif dan berpikir negatif.

Dengan memperhatikan rumusan kebiasaan yang diungkapkan diatas, maka manusia hidup dibuat untuk berpikir dalam rangka bermartabat dan berkebajikan sehingga seluruh kewajiban adalah berpikir dengan kebiasaan sebagaimana seharusnya anda mengubah takdir menjadi usaha mengubah nasib. Jadi kebiasaan pikiran akhirnya menentukan nasib anda, bukan saja nasib rohaniah anda tetapi juga keberhasilan dan atau kegagalan anda.

KEBIASAAN YANG PRODUKTIF MERUPAKAN KEHIDUPAN


Renungkanlah suatu pemikiran bahwa “hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri”, oleh karena itu mulailah dengan hidup baru yang bertolak dari “Niyat dari keingananku”, sehingga kehidupan pemikiran anda akan dapat mempengaruhi setiap aspek dari kekuatan berpikir pada 1) sikap dan perilaku ; 2) citra diri ; 3) indera ; 4) fisik ; 5) hati ; 6) pola pikir ; 7) akal ; penghargaan diri ; 9) kepercayaan diri ; 10) kondisi kejiwaan ; 11) kondisi kesehatan ; 12) produktivitas.

Oleh karena itu, kekuatan pikiran dengan memahami dan mengamalkan unsur kata dalam kebiasaan menjadi penuntun untuk mengubah hidup anda, dengan demikian unsur tersebut menjadi kekuatan untuk menggerakkan kekuatan pikiran agar dapat menuntun dalam proses berpikir positif.

Pemahaman unsur (K)esadaran :

Salah satu alat pikir yang merupakan unsur jiwa yang utama disebut dengan “kesadaran”, merupakan awal kita berpikir artinya dengan kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita.

Jadi unsur kesadaran dalam kebiasaan itu kita dapat meletakkan perhatian pada barang sesuatu sehingga dapat memusatkan kesadaran pada apa-apa itu untuk memahami dan menyadarkannya. Jadi kesadaran yang dipusatkan dapat mempertajam panca indera kita ke satu arah pusat perhatian, yang kita sebut dengan fokus. Dengan fokus, kita menempatkan kesadaran yang berpusat di otak atas sebelah kanan yang dapat dimanfaatkan sebagai alat pikir dalam usaha-usaha untuk menyadarkan diri.

Yang menjadi masalah kita adalah seberapa jauh “tingkat kesadaran” kita untuk menggrakkan kekuatan berpikir yang sangat mempengaruhi dalam aspek-aspek kehidupan yang telah kita kemukakan diatas.

Tingkat kesadaran yang paling rendah adalah apa yang disebut dengan alat pikir “kesadaran inderawi”, tingkat menengah disebut “kesadaran rasional”, tingkat tinggi disebut “kesadaran rohaniah”, tingkat tertinggi disebut “kesadaran tauhid”. Jadi tingkat kesadaran sangat mempengaruhi pola pikir dalam menjalankan fungsi berpikir.

Yang perlu diingat bahwa kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir, bila tidak dibantu alat pikir kedua yang disebut dengan „kecerdasan“(berada pada otak atas sebelah kiri) karena kesadaran menyadarkan tentang apa-apa, namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya. Jadi melalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk meningkatkan masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa resiko yang dihadapinya.

Kecerdasan menjadi bermakna, bila „akal“ menunjukkan untuk mencari jalan dalam memenuhi maksud dan tujuan kita. Dengan akal akan mempersoalkan dimana letaknya bahaya, apakah macam bahaya yang akan dihadapi, apakah akan segera datang tetap sebagai bahaya, bagaimana ia dapat dihindarinya. Kemudian menunjukkan cara-cara penyelesaiannya, disitulah letak pekerjaan akal.

Dengan demikian akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampun berpikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelgensi. Akal berpusat di otak bawah sadar yang disebut hati.

Jadi dengan alat pikir tersebut yang akan dapat menuntun kita dalam usaha membangun dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang produktif yang mengarah pada aspek-aspek kehidupan kita di dunia dan di akhirat.


Pemahaman unsur (E)sa :


Dengan memanfaatkan alat pikir yang telah kita ungkapkan diatas, maka unsur esa dalam kebiasaan berarti kita mampu meletakkan landasan yang kuat sebagai pendorong keyakinan dan kepercayaan kita atas keesaan Tuhan, sehingga pandangan hidup ini menjadi jelas arti keberadaan manusia di dunia ini, siapa, darimana dan kemana.

Oleh karena itu ingatlah selalu makna „keesaan“ untuk menuntun kebiasaan-kebiasaan yang merupakan dasar kehidupan kita yang dapat bergerak secara otomatis dan atau yang dipikirkan terlebih dahulu secara sadar. Dengan demikian kita mampu membangun kebiasaan secara sadar berdasarkan ada daya dorong untuk membuat persiapan dalam pemahaman dan membentuk keyakinan kita


Pemahaman unsur (B)ahtera :


Bertolak dari pemahaman kesadaran dan ke-esaan, maka timbul pertanyaan „apakah kebiasaan akan mendatangkan daya tahan“, sudah tentu bila kebiasaan itu dibangun atas dasar pemikiran yang sadar, sehingga seseorang dapat mengarungi lautan yang tenang, dengan perahu intelektual akan mampu menjadi pemenang yang melewati badai yang akan memperoleh kehormatan yang sebenarnya.

Oleh karena itu, unsur bahtera dalam kebiasaan menjadi gelombang kehidupan ini akan kita hadapi, yang menjadi masalah bahwa keberhasilan dalam membentuk kebiasaan yang produktif tidak datang melalui cara yang anda pikir, ia datang melalui cara anda berpikir, maka disitulah terletak bahtera yang hendak dituju sebagai pengungkit daya ingatan dalam kekuatan berpikir.


Pemahaman unsur (I)slam :


Tidak cukup memahami kebiasaan hanya melihat kekuatan daya dorong hanya unsur kesadaran, keesaan, bahtera tanpa memahami makna anda menyerah kepada-Nya, artinya menyerah dengan sebulat hati dengan segala perintahnya dan hukum-Nya aku taati ; suruhnya aku kerjakan, larangan-Nya aku hentikan dengan segenap kerelaan. Inilah pemahaman Islam.

Jadi unsur islam dalam kebiasaan, dengan pendekatan dan melaksanakan 7M, maka menggerakkan kekuatan dari alat pikir (kesadaran, kecerdasan, akal) diharapkan menjadi benteng dalam memecahkan semua masalah kehidupan dimana setiap kesulitan pasti berakhir. Jadi mengamalkan islam dalam kehidupan anda berarti anda mampu mendorong kebiasaan yang produktif dengan kekuatan pikiran-pikiran yang dapat menuntun anda pada setiap aspek-aspek kehidupan ini.

Bayangkan dengan pemahaman unsur Islam dalam kebiasaan berarti anda adalah makhluk pilihan dan oleh karena itu anda memliki kemampuan untuk memilih bagaimana kita akan bereaksi terhadap suatu keadaan. Jadi ingatlah bahwa di setiap puncak yang telah didaki, layangkan pandangan anda untuk mencari bukit lain yang akan ditaklukkan, maka disitulah terletak anda punya kekuatan kepercayaan untuk menyerah kepada-Nya.

Pemahaman unsur (A)gama :


Unsur agama dalam kebiasaan tidak mungkin diyakini oleh manusia, kalau hanya dari sumber akal, akan tetapi haruslah dari sumber yang timbul dari perasaan dan keinsyafan hati serta petunjuk Ilahi.

Oleh karena itu, ilmu agama adalah kehidupan, sebaliknya ilmu filsafat adalah pikiran, dengan begitu agama melihat ke atas, persahabatan meninjau kedalam, sehingga agar pikiran dan kehidupan berjalan secara harmonis itu berarti anda telah siap membangun kebiasaan yang produktif, maka disitu terletak fitrah manusia dalam menjalankan agama dengan akal yang sehat, yang didorong oleh kekuatan kesadaran, keesaan, bahtera dan islam dalam pandangan hidupnya.

Jadi manusia yang lahir ke dunia dalam keadaan suci atau disebut juga dengan fitrah manusia berupa fitrah ketuhanan, sejalan dengan itu manusia sudah ada fitrah beragama yaitu fitrah untuk memeluk agama islam yang akan menuntun manusia sejalan dngan keyakinan dan kepercayaannya.

Pemahaman unsur (S)antun :


Bertolak dari kekuatan pada pemahaman atas kesadaran, esa, bahtera, islam dan agama dalam unsur kebiasaan menjadi daya dorong yang kuat untuk membangkitkan makna kesatunan dalam aspek kehidupan, oleh karena itu, maka unsur santun dalam kebiasaan hanya bisa tumbuh menjadi kepribadian yang menggambarkan karekter manusia yang mampu menaklukkan dirinya sendiri yang sejalan dengan sifat rendah hati bukan bersifat rendah diri.

Manusia dengan rendah diri punya rasa sombong pada dirinya, karena ia malu mengakui kekurangannya kepada orang lain, oleh karena itu dengan membangun kebiasaan santun akan menjadi daya dorong yang kuat untuk menjadi manusia yang rendah hati, mau mengakui keadaan hidupnya, sehingga jika dalam kekurangan mau memperbaikinya.


Pemahaman unsur (A)mpun :


Unsur ampun dalam kebiasaan merupakan karekter bagi setiap manusia yang memilik kekuatan pikiran dalam hidup yang selalu ingin melaksanakan hijrah dari suatu kesalahan menuju kearah kebaikan, yang ditopang oleh pemahaman atas kesadaran, esa, bahtera, islam, agama, santun yang menjadi kekuatan untuk mendorong manusia menggerakkan kekuatan berpikir dalam usaha menemukan jati dirinya yang sejalan dengan fitrah manusia.

Oleh karena itu, unsur ampun dalam kebiasaan menjadi penentu perjalanan hidup manusia dalam menuju perjalanan hidup yang abadi yang mendorong dalam pikirannya dengan membayangkan pemahaman anda mengenai ungkapan bahwa “bekerja untuk duniamu, seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok pagi”


Pemahaman unsur (A)manah :


Kunci keberhasilan untuk menjalankan unsur amanah dalam kebiasaan menjadi pondasi hidup manusia yang ditopang oleh kebiasaan apa yang telah kita ungkapkan dari unsur kebiasaan yang disebut dengan „kesadaran, esa, bahtera, islam, agama, santun, ampun“.

Sejalan dengan keinginan untuk menjalankan unsur amanah menjadi kebiasaan-kebiasan yang produktif, maka anda harus memiliki kekuatan pikiran yang harus diasah secara terus menerus sehingga anda dapat pula untuk membayangkan dalam pikiran anda mengenai ungkapan seperti „tak ada dusun yang begitu sunyi sehingga tak dapat dicapai oleh sinar rembulan berkilauan ; demikian juga tak ada seorang manusia pun yang tak dapat melihat kebenaran ilahi dan tak memasukkannya ke dalam hatinya, asalkan ia membuka lebar-lebar jendela akal budinya“, maka disitu terletak makna manfaat dari alat pikir untuk menemukan jati diri anda sebenarnya.

Jadi alat pikir yang dimiliki oleh setiap manusia merupakan potensi yang tersembunyi dalam pikiran anda dan oleh karena itu, anda harus mampu dalam mengelola secara maksimal dalam perjalanan hidup ini.


Pemahaman unsur (N)iyat :

Unsur akhir dalam kebiasaan yang terdiri dari unsur “(k)esadran, (e)sa, (b)ahtera, (i)slam, (a)gama, (s)antun, (a)mpun, (a)manah adalah (n)iyat yang merupakan kunci untuk menentukan usaha-usaha manusia untuk menumbuh kembangkan kebiasaan yang produktif yang didukung oleh keinginan yang berlandaskan niyat, seperti halnya kemampuan anda menangkap ungkapan seperti “nilai hidup manusia bukan hartanya saja, tapi amalnya terhadap sesama manusia”

Oleh karena itu, setiap kerja harus memasang niat. Setiap orang akan mencapai apa yang dinikmatinya. Jikalau hijrahnya untuk kepentingan dunia ia Cuma akan memperoleh itu. Kalau ia cuma terpikat oleh seorang wanita, ia Cuma akan mengawininya. Maka hijrah setiap orang adalah menengok niyat yang dipasangnya sewaktu hijrah.

PENUTUP


Setiap manusia harus mampu membangun kebiasaan yang produktif dalam kehidupan, sehingga diperlukan suatu pendekatan untuk memperkuat daya kemauan yang secara berkelanjutan dapat memberikan daya dorong untuk memanfaatkan kekuatan berpikir secara positif, maka disitu terletak daya kemauan untuk keingintahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Jadi apa yang dipikirkan, maka disitu terletak jalan untuk mendorong adanya usaha mewujudkan terbentuknya pikiran yang jelas, terang dan terarah.

Oleh karena itu, untuk menggerakkan pikiran-pikiran dengan melaksanakan pendekatan 7M yang mencakup (M)embaca, (M)entejemahkan, (M)eneliti, (M)engkaji, (M)enghayati, (M)emahami, (M)engamalkan dan menguraikan huruf dari kata „KEBIASAAN“ menjadi kata yang bermakna yang mencakup (K)esadaran ; (E)sa ; (B)ahtera ; (I)slam ; (A)gama ; (S)antun ; (A)mpun ; (A)manah ; (N)iyat.

Bertolak dari pemikiran diatas, maka renungkanlah suatu pemikiran bahwa „hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri“, oleh karena tu ingatlah selalu

1) untuk mendapatkan manfaat yang langsung dari hasil-hasil pemikiran itu tentang rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya baik yang bersifat ilimiah maupun yang bersifat peneletian ;

2) untuk membentuk jiwa dan rohani manusia supaya lebih mengenal kepada yang menciptakannya.

Jadi dengan usaha-usaha membangun dan mengembangkan kebiasaan yang produktif yang berlandaskan dari kekuatan kehidupan pemikian anda akan dapat mempengaruhi kepada hal-hal yang terkait dengan 1) sikap dan perilaku ; 2) citra diri ; 3) indera ; 4) fisik ; 5) hati ; 6) pola pikir ; 7) akal ; penghargaan diri ; 9) kepercayaan diri ; 10) kondisi kejiwaan ; 11) kondisi kesehatan ; 12) produktivitas dan sebagainya yang terkait dengan usaha-usaha mengembangkan pikiran yang terang. Oleh karena itu, tiap hari adalah hari perbaikan buat hidup anda, maka belajarlah dari kesalah atas pikiran yang negatif.

Dengan demikian ingatlah ungkapan yang mengatakan seperti „orang tidak pernah terlalu tua untuk belajar. Orang tidak pernah terlambat untuk belajar atau memperbaiki sesuatu“, sehingga apabila engkau sendirian janganlah engkau mengatakan atau berbuat sesuatu yang tercela (jahat) ; belajarlah untuk lebih merasa malu terhadap dirimu sendiri terhadap orang lain. Jadi makin banyak orang belajar, maka insyaflah dia betapa sedikitnya yang dia ketahui.

Bangunlah kebiasaan yang produktif dalam usaha anda untuk meningkatkan kebiasaan-kbiasaan yang mampu menggerakkan kekuatan pikiran anda dalam meningkatkan kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan intelektual dalam rangka kesiapan menuju perjalanan hidup abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar